Prev Slide Start Slide Pause Slide Next Slide

Pengintegrasian Cabri II Plus dalam pembelajaran untuk mengembangkan kemamapuan matematis.

Diposting pada tanggal 2 July 2016

OLeh : Khairul Anwar        

          Teknologi informasi dan komunikasi (ICT), dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemempuan penyelesaian masalah. Jonassen (2000) telah mengklasifikasikan ICT sebagi alat bantu pembentukan kognitif dalam kategori sebagai berikut: alat percakapan, alat organisasi semantik, alat pemodelan yang dinamis, alat interpretasi dan sebagai alat konstruksi pengetahuan. Majumdar (2010) bahwa pembelajaran ICT berbasis kontruktivisme merupakan tingkatan tertinggi dari intruksional approach learning  berbasis ICT. Pandangan belajar menurut teori kontrukivism bahwa siswa dalam belajar matematika merupakan sebuah proses dimana peserta didik aktif mengkonstruk pemahahman matematika. Penggunaan ICT berupa Cabri II plus dalam kegitan pembelajaran memungkinkan siswa untuk mengkonstruk pengetahuan dari intreprestasi kontruksi bangun yang telah dibuat, tentunya kualitas pembelajaran lebih bermakana bagi siswa dimana siswa terlibat aktif dalam pembentukan pengalaman belajar dan lebih jauh lagi dapat meningkatkan kemempuan matematis siswa.

         Kemampuan matematis adalah hasil konstruk pemahaman sesorang yang dapat didefinisikan secara kognitif dalam rangka mendapatkan, mengolah dan menyimpan informasi matematika (Krutetskii, 1976; Vilkomir dan O'Donoghue, 2009). Dengan kata lain, seseorang siswa yang terlibat aktif dalam mengkonstruk pemahaman dapat menimbulkan kemampuan matematis pada diri siswa tersebut. NCTM (2003) telah mendefinisikan, mengklasifikasikan kemampuan matematis yaitu, “Mathematical power includes the ability to explore, conjecture, and reason logically; to solve non-routine problems; to communicate about and through mathematics; and to connect ideas within mathematics and between mathematics and other intellectual activity. Atau dapat dinyatakan belebih spesifik  kemempuan matematis terdiri dari: (1) pemecahan masalah (2) penalaran (3) komunikasi matematis (4) representasi matematis (5) koneksi matematis (6) pembuktian matemtais.

         Cabri II plus merupakan sebuah aplikasi jenis Dynamic Geometic Software (DGS) yang dirancang untuk membantu pengguna untuk mengkontruksi dan mengekplorasi bangun geometri bangun datar. Cabri II plus adalah aplikasi yang bisa digunakan secara interaktif dalam pembelajaran geometri dan bisa digunakan oleh guru maupun mahasiswa calon guru.  Kontruksi bangun geometri yang sulit jika dengan menggunakan cara maual, seperti menggunakan penggaris dan pensil dan lain sebagainya dapat secara mudah dan presisi yang sangat baik jika menggunakan cabri II plus. Software Cabri Geometry II Plus menyediakan layanan untuk mengkonstruksi titik, garis, segitiga, lingkaran dan geo  metri datar lainya lengkap dengan perhitungan-perhitungan terkait dengan geometri datar. Oleh karena itu, konsep abstrak pada geometri dapat di visualisasikan dengan software Cabri Geometry II Plus sehingga dalam mempelajari dan menganalisis konsep geometri akan pembelajar geometri akan lebih mudah memahaminya.

           Penggunaan Cabri II plus dalam kegiatan pembelajaran sebagai alat pemodelan, inteprestasi, dan kontruksi pengetahuan dapat terfasilitasi melalui kegitan siswa yitu; menyelidiki masalah geometris, exploring, conjecturing, validating and justifying pada fitur dragging (Arzarello, 2002). Hasil kontruksi bagun geomtri Cabri II plus yaitu dapat dimanipulasi dan digerakan menjadi sebuah alat simulasi, sehingga mempermudah pengguna dalam mengeksplor konsep materi dalam ruang lingkup kebutuhan kegiatan matematis, seperti contohnya dalam pembuktian teorema Pythagoras, dimana melalui kontruksi bangun geometri yang telah dibuat secara khusus dapat dimanipulasi dan akan berlaku dalam berbagai kondisi, sehingga menjadi alat bantu simulasi bagi siswa dalam belajar membuktikan teorema pytagoras.  Melaui kegiatan tersebut dalam pembelajaran diharapkan sisiwa dapat menajdi stimulus dalam mengembangkan kemamapuan matematis siswa.

          Pengintgrasian cabri dalam kegiatan pembelajaran salah satunya dapat dilakukan melaui kombinasikan strategi kegitaan pembelajaran berbasis pemecahan masalah (Laborde, 2001), lebih jauh Laborde menklasifikasikan peran cabri dalam kegiatan pmbelajaran menjadi empat, yaitu:

  • Cabri dugunakan sebagai fasilitas, alat bantu pembuatan komponen materi. Contohnya dalam rangkaian taks pemecahan masalah penyeleidikan sifat-sifat segitiga, siswa membuat bagun segi tiga sama sisi dengan menggunakan cabri presisi keakuratan akan berbeda dengan membuatnya secara manual, menggunakan kertas dan pesil.
  • Cabri digunakan sebagai bahan ekplorasi pemecahan masalah. Ini adalah kasus di mana Cabri digunakan sebagai penguat visual yang (Pea, 1985). Contohnya pada menyelidiki sifat-sifat segitiga, cabri digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi, menemukan konsep sifat-sifat segitiga. Tentunya Akan lebih mudah  mengekplorasi sifat-sifat segitiga jika dibanginkan dengan menggunakan cara manual.
  • Penggunaan cabri memberikan pengaruh stategi dalam pemecahan masalah. Contohnya dalam membangaun persegi sama sisi secara manual (pensil dan garis) sesorang siswa cendrung untuk membuatnya dengan menggambar empat sisi sama panjang. Sedangkan jika tugas yang sama diberikan dengan menggunakan cabri harus dilakukan dengan memenuhi kedua perpendicular line dari sisi dan kesesuaian dari kedua belah pihak. Keselarasan tidak dapat diperoleh melaui praduga visual, tetapi menggunakan lingkaran sebagai alat untuk mentransfer jarak yang diberikan. Tugas di Cabri membutuhkan pengetahuan lebih pengetahuan matematis tentang sifat-sifat persegi dan karakteristik lingkaran (lihat misalnya Holzl et al., 1994)

 

DAFTAR PUSTAKA

Arzarello et all. 2002. A cognitive analysis of dragging practises in Cabri environments. Zentralblatt für Didaktik der Mathematik. Volume 34, Issue 3, pp 66-72

Jonassen, D.H., Peck, K.C. & Wilson, B.G. 2000. Learning with technology: A constructivist perspective. NJ: Merrill/Prentice Hall.

Krutetskii., V., A.1976. The psychology of mathematical abilities in school children. University of Chicago: Press Chicago

Laborde, C., 2001. Integration of Technology  in the Design of Geomtry Taks With Cbari-Geometry. International Journal of Computers for Mathematical Learning 6:283–317

Maarif., S,. 2015. Pembelajaran Geometri Berbantuan Cabri II Plus. Bogor: In Media

OECD. 2009. Learning Mathematics for Life: A Perspective from PISA. http://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/pisa2003/44203966.pdf (diunduh 31 agustus 2013)

Mujamdar., S. 2010.  Modelling ICT Development in Education. http://www.unevoc.unesco.org/fileadmin/up/modelling_ict.pdf. (diunduh 9 maret 2016).

NCTM. 2003. Program for Initial Preparation of Mathematics Theacers. http://www.math.uri.edu/~eaton/NCATENCTM.pdf . (diunduh 9 maret 2016).

OECD. 2013. PISA 2012 Results in Focus What 15-Year-Olds Know and What They Can do With What They Know. http://www.oecd.org/pisa/keyfindings/pisa-2012-results-overview.pdf (diunduh 3 Desember 2013).

OECD. 2015. Draft Mathematics Framework. https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/Draft%20PISA%202015%20Mathematics%20Framework%20.pdf. (diunduh 12 Maret 2016).

Vilkomir T, O’Donoghue J.2009. Using components ofmathematical ability for initial development andidentification of mathematically promising students.Int J Math Edu Sci Technol . 40(2):183–199